Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

BELAJAR

Hari ini aku merasa bersyukur karena dokter pembimbingku puas dengan hasil pekerjaanku. Hasil akhirnya benar, dan sesuai dengan kemauan beliau. Wah, kalau begini bisa dipercaya pasien lainnya. Puji Tuhan.. Semoga dengan ini saya bisa cepat pulang ke Semarang. Pengalaman di Bekasi dan RSPAD benar benar membahagiakan. Saya merasa dapat banyak ilmu dan bisa diterapkan semuanya. Dokter dokternya tidak pelit ilmu, apapun yang saya tanyakan pasti dijawab dengan baik dan lengkap. Berbeda ketika saya koas dulu. Sungguh saya merasa banyak ilmu yang drahasiakan dan saya harus belajar sendiri. Puji Tuhan karena di sini berbeda. Sikap tenaga medis yang seperti ini sanat dibutuhkan oleh banyak pengajar. Dengan tujuan tidak menjerumuskan anak didik, dan akhirnya banyak terapi yang benar diberikan kepada masyarakat. Angka malpraktik akan menurun karena setiap dokter mumpuni dan berkualitas. Tapi seringkali yang didapati banyak dosen yang arogan dan egois, tanpa merendahkan siapapun. Arogan dalam ar

Thalasemia Part 3

Yah sel darah saya saat ini ada banyak yang rusak. Kalau orang lain bulat bulat, saya ada yang pecah, berbentuk bulat sabit, ada yang seperti bintang, sel target, seperti bola golf, dan lain lain. Jadi indah yah? Padahal kalau tinggal kurang dari 30% pasti bleeding. Hahaha.. Saya tidak pernah menceritakan hal ini kepada keluarga besar saya, karena pernah terucap begini kepada saya, "Ta, kalau pilih suami dicek bener bener dari gen yang terbaik, tau tau thalasemia kan ga lucu!" Gimana rasanya hayo kamu dibilang seperti itu padahal kamu sendiri penderitanya? Saya ekstrovert yang introvert berkat ini. 😆 Di sini saya hanya berusaha menceritakan apa adanya, tidak ada yang ditambah, tapi sebenarnya banyak detail yang saya lupa. Saya juga tidak sedang meratapi nasib. Kebetulan saja mungkin menurut orang lain nasib saya kurang beruntung. Berat memang awalnya, tapi karena ini saya makin tau rasanya berempati. Saya tetap akan kuat, karena ada kekuatan dari surga yang menguatkan. Da

Thalasemia Part 2

Hari itu, saya langsung sms mb Lusi. Aku percaya dia tau betapa patah hati ini. Karena dia sndri didiagnosis MVP (mitral valve prolapse). Dia berusaha menghibur dua hari setelah itu. Tapi tetap tidak membuahkan hasil. Saya tetap menangis. Orang tua saya shock! Dan laki laki yg mendekati saya waktu itu mundur pelan pelan. So perfect!  Sampai akhirnya, dengan segala air mata dan keputusasaan, malam itu saya berdoa. "Tuhan apa kehendakMu memberi saya ini?" Indah kataNya. Ini bukan kesalahan atau dosa dari saya atau orang tua saya atau nenek buyut saya, tapi supaya kehendakNya nyata dalam hidup saya.  Berangsur angsur saya mulai menatap hari esok kembali. Saya memberanikan diri menemui dr Suci kembali. Ternyata butuh dua bulan untuk melakukan ini. Saya konsultasi dan kembali menangis. Di situ beliau menjelaskan tentang penyakit ini. Akan ada masa satu kali seumur hidup saya perlu transfusi. Tapi jika saya bisa menjaga kondisi tubuh, saya bisa tidak mengalaminya. Sa

Thalasemia Part 1

Kadang aku nangis, karena inget punya sakit ini. Apalagi pas kumat, dan darah yg ditelen. Tidak tahu bagaimana, tapi otomatis ga cuma darah yg mengalir, tapi jg air mata. Ditambah kalau tulang belakang sakit semua, aku tau it pertanda sel darah merahku butuh banyak dibuat. Alias banyak yg rusak. Somehow ga semua orang bisa mengerti ini. Hal ini membuatku enggan bercerita dan kurasakan sendiri. Aku bersyukur karena bukan keganasan, walau memang tidak bisa sembuh. Aku bersyukur di tengah air mata, ada kekuatan yang tidak tahu dari mana kurasakan.  Perjalanan ini dimulai saat semester empat. Tita, dengan riwayat suka lemes, gampang capek, sering di 'underestimate' karena banyak alasan utk kabur. Hari itu, hari Kamis. Kami praktikum memeriksa tentang sel darah. Setiap mahasiswa belajar mengambil darah temannya. Aku belajar mengambil darah atau sampling, dan aku jg diambil darahnya. Jujur aku lupa siapa yang mengambil darahku. Yang pasti setelah berhasil sampling, kami belajar