Postingan

Hidup di Dunia Transaksional

  Oleh dr Prasarita Esti Pudyaningrum Siang itu terasa berat sekali, bagaimana tidak, saya berulang tahun, tapi jaga poli umum hanya sendiri dengan 1 perawat melayani 175 pasien dengan macam-macam keadaan. Yah benar, hari itu sedang dilakukan pendampingan akreditasi dalam menyiapkan akreditasi puskesmas. Kawan kawan lain hilang duduk manis menghadap petugas yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan mendengarkan bimbingan akreditasi. Saya bertanya dalam hati, bukankah saya juga memegang hal penting yah, bahkan saya salah satu PJ, tapi mengapa saya seperti dianak-tirikan. Singkat cerita, selama beberapa pendampingan saya tidak pernah mengikutinya karena harus “jaga gawang”. Pimpinan sepertinya merasa bagian saya tidak begitu penting dalam manajerial puskesmas, walaupun saya adalah salah satu PJ, maka tidak pernah diikutkan rapat sampai pendampingan akreditasi. Hati kecil saya berteriak: bagaimana jika aku keliru mengerjakan dokumen-dokumen ini? Bagaimana jika nanti salah semua malah mempermal

Keguguran

  Kebahagiaan dan kedukaan hadir mewarnai hidup untuk lebih dalam mengenal Sang Pelukis Semesta. Satu tahun menikah, Tuhan mengizinkan akhirnya dua garis test kehamilan sebagai kado dalam pernikahan kami. Sebagai manusia kami benar-benar bersyukur karena akhirnya Tuhan menganugrahkan jawaban doa kami. Kabar kehamilan hadir setelah perjuangan melawan covid. Saat itu benar-benar menghibur hati kami setelah melalui banyak pergumulan. Kabar ini sungguh membahagiakan karena akhirnya Tuhan membuka rahim saya. Pada waktu itu kami melihat ini benar-benar anugrah dari Tuhan. Kami melihat Tuhan adalah Tuhan yang mendengar doa kami. Masih teringat dalam doa malam waktu itu, “Tuhan, anak ini milikMu, pada waktuMu panggillah dia menjadi hambaMu yang taat mengerjakan panggilanMu.” Tidak disangka, pada kehamilan usia genap delapan minggu, Tuhan izinkan buah hati kami diambil Tuhan. Tuhan panggil dia, bukan untuk terus berkembang dan tumbuh besar mengerjakan panggilanNya suatu hari nanti, tapi dipan

Mold me

Grace alone which God supplies Strength unknown He will provide Christ's in us, our cornerstone We will go forth in grace alone Lagu ini sungguh mengena untukku akhir2 ini. Semua pergumulan ini dimulai dari pergumulan kesehatan, merembet ke pergumulan pekerjaan 1 lalu ke pekerjaan 2, merembet lagi ke pergumulan lainnya.., maksudku ada drama di pekerjaan kedua yg sempat mengesalkan. Ouch.. Lelah lo bener! Rasanya pingin teriaaaakkkk... Aku ga sehebat itu Tuhan untuk menanggung ini semua. Semua ini terlalu sesuatu.. Pergumulan kesehatan yang sempat membuatku sangat lemas, akhirnya mengajariku untuk bersyukur dalam musim apapun di hidupku. Bukan perkara mudah! Tapi aku memang mengakui ada kekuatan surgawi yang nyata kurasa. Sedangkan pergumulan pekerjaan ini sangat sangat menyita perasaan. Aku belum bs menceritakannya dengan baik karena belum ada akhirnya, belum tahu nantinya seperti apa. Jadi masih perlu berdoa dlu. Yang pasti aku sebagai manusia, yang perempuan jg, ingin se

Penghiburan part 1

Beberapa waktu lalu, Tuhan mengizinkan saya mengalami patah hati. Perasaan yang tidak menyenangkan karena sikap seorang pria. Inti permasalahannya adalah kami sama sama berdoa, lalu mendapati hal yang sama, tapi dia memilih untuk tidak menaatinya. Jadilah ak ditinggalkan dalam kebimbangan antara realita dan jawaban doa. Aku sempat tidak terima, ada perasaan "Ha.. mudah sekali ya tidak taatnya..!" Lalu hanya berselang SATU MINGGU  saja dia sudah dengan perempuan lain, yang tentunya jauh lebih langsing, seksi daripada akyu... Hahaha,. Cukup tahulah ya.. Dan sudah tertebak juga kisah selanjutnya seperti apa.. Kali ini aku hanya ingin menyoroti dari sisiku saja. Jelas saya merasa seperti dipermainkan! Dia pikir ini hati seperti taman bermain mungkin ya. Aku di kala itu berusaha mendoakan dengan serius di hadapan Tuhan eh malah begini. Sakit loh hatinya.. Nangis saja yang bisa kukerjakan, sampai pernah kejadian lima hari sulit tidur. Padahal load kerjaan dan pelayanan cukup ba

Keseriusan

Malam ini entah mengapa terjadi pembicaraan mengenai pasangan hidup dengan Ibu. Saya merasa senang dan terberkati setelah pembicaraan ini berakhir. Memang awal mulanya karena mengenang alm. Bapak, tapi lama lama saya mendapati diceramahi oleh Ibu. Hahahaha. Bermula dari bagaimana pertemuan Bapak dan Ibu dulu semua ini bermula. Waktu itu Bapak menjadi pembicara sebuah acara dimana Ibu saya menjadi sie acaranya. Pertemuan awal itu menumbuhkan benih cinta di hati Bapak. Waktu berlalu, Ibu melihat kesetiaan dan ketulusan cinta Bapak. Bapak butuh waktu lama meluluhkan Ibu. Bapak berbeda 3 tahun. Jadi beliau sudah bekerja saat bertemu Ibu yang masih mahasiswa. Saat itu Bapak betul betul berjuang menunjukkan keseriusannya. Sampai sebuah perjuangan luar biasa naik motor ke Rembang dari Semarang, demi mengobati rindu karena Ibu sedang KKN di sana. Beberapa tahun berlalu akhirnya Ibu luluh. Padahal saat itu Ibu didekati banyak lelaki. Tapi Bapak tidak gentar, ia percaya dengan pilihannya. Ke

Ya Sudahlah...

Memang benar kalau suka atau disukai dengan seseorang yang baik dengan semua orang, hangat dengan semua orang itu SULIT! Kita tidak pernah tau kapan sikapnya berbeda ke kita, karena dengan semua orang dia baik! Hal ini menjadi lebih sulit ketika... Aku bukan tipe perempuan yang bisa menyampaikan perasaanku di depan orang. Aku tegas, berwibawa dalam organisasi (katanya), cukup profesional dan 'cak cek' untuk sebuah pekerjaan. Tapi aku menyadari aku tidak tegas dengan perasaanku, dengan hatiku. Pengalaman tidak pernah pacaran dan tidak pernah merasa kurang kasih sayang mungkin. Aku tidak pernah tahu bagaimana mengutarakan perasaan. Bagaimana mengatakan dengan cara yang baik tapi tidak memalukan, bagaimana mengutarakan dengan sikap dan tindakan, itu hal yang aku perlu pelajari. Itu sesuatu yang sulit juga untukku. Aku terbiasa untuk menutupi perasaanku yang sebenarnya. Karena di keluarga keraton, marah tidak boleh nampak marah, senang juga tidak boleh terlalu senang. Itu pelajar

Perempuan Butuh Kepastian

Saat aku kuliah kedokteran satu hal yang aku syukuri adalah memiliki beberapa teman baik, tidak hanya dari sesama mahasiswa tapi juga dari dosen. Salah satu dosen yang masih dekat sampai hari ini adalah dr. Nyoman Suci, Sp. PK. Beliau sangat lucu dan ramai. Hahahaha.. Kalau ketemu beliau aku seperti bertemu kakak perempuan tertuaku.. Beliau selain ramah dan lucu juga sangat pintar. Beliau lah yang menguatkan hatiku saat aku menangis di kantornya tentang diagnosis thalasemia. Dan hari ini aku ingin menceritakan sebuah cerita tentang hidupnya. Bu Suci, begitu kusapa dia, memang memiliki perawakan membumi sejak kuliah. Dia memang dikenal sebagai mahasiswa yang aktif, pintar dan ramai. Semua orang mengenalnya begitu. Tak heran jika ada beberapa laki laki yang mengaguminya diam diam. Padahal waktu itu beliau juga sudah memiliki pacar. Waktu terus berlalu, akhirnya beliau sampai juga di percoassan. Satu cerita yang beliau ceritakan ini benar benar tidak bisa aku lupakan. Saat itu beliau se