AKU DIBUAT NOL OLEH TUHAN

Dengan terisak dalam doa, "Tuhaaaaan, mengapa ujian ini tidak selesai selesai?"

Entah mengapa dalam tiga bulan ini, hidup Klara terasa seperti sedang digilas. Banyak kejadian menyesakkan yang terjadi dan menguji iman. Rasa rasanya alam seperti ingin melihat masih bisakah dia melihat kebaikan Tuhan dalam setiap ujian yang dihadapinya. Semua bermula saat jas hujannya hilang.

Malam akhirnya datang bersamaan dengan lelahnya tubuh karena pasien datang tak henti di jam jaga siang itu. Klara bersama tim sampai sangat sering terdengar saling bertukar semangat untuk saling menguatkan satu sama lain. Akhirnya jam jaga itu selesai juga dan bisa istirahat. Tapi tak beruntung malam itu si Klara. Ketika dia hendak pulang saat mengambil motornya, dia kaget karena jas hujannya raib. Puji syukur malam itu tidak turun hujan jadi dia tidak kehujanan sampai ke kos. Tapi ada hujan deras bercampur petir dalam hatinya, jas hujan basah yang diletakkan di motor bisa bisanya diambil tanpa izin alias dicuri. Separah inikah masyarakat? Malam itu dia pulang dengan marah dan rasa lelah luar biasa tapi tak bisa berbuat apa apa. Akhirnya dia istirahat berusaha memaafkan apa yang terjadi. Tapi keapesan belum selesai, esoknya vertigonya kumat, dan dia harus terkapar saat jaga siang hari itu.

Kepadatan waktu kerja dan kelelahan membuat rasanya ingin berlibur dengan senang tapi memang sepertinya Klara belum diizinkan mengalami itu. Liburan berlangsung dan berakhir dengan keluh kesah karena banyak alasan dan dari banyak orang. Kembali bekerja masih dengan suasana suntuk tapi berjuang untuk tetap mensyukuri apa yang ada.

Tapi apa ada, setelah tahun baru, banyak sekali pasien bahkan sampai 40 pasien dalam satu shift, itu memperburuk kondisi tubuh Klara. Singkat cerita akhirnya dia jatuh sakit sampai harus menginap di Rumah Sakit. Klara yang adalah seorang dokter, merasa panas tubuhnya meningkat saat jaga malam. Sampai akhirnya dia mengukur suhu tubuhnya sendiri dan mendapati suhunya mencapai 40 derajat Celcius! Karena itu dia memutuskan darahnya diambil untuk melihat apa hasilnya. Dan benar ada tifoid! Dia perlu mondok untuk mempercepat proses penyembuhan walaupun awalnya dia berpikir untuk dipasang infus saja di kos. Tak mungkin kan terpasang infus lalu keluar berjalan ke warung untuk membeli nasi campur? Hahaha akhirnya diputuskan untuk mondok saja.

Tapi sepertinya musibah belum juga selesai! Beberapa hari sebelum ulang tahunnya dia ditipu orang sampai tabungan yang dia punya yang awalnya Klara kumpulkan untuk sekolah hilang oleh penipu itu. Dua puluh satu juta hilang meninggalkan perasaan kecewa karena terlalu bodoh seperti itu. Pelajaran besar sekaligus meninggalkan pertanyaan, "Tuhan apa yang salah dengan saya? Mengapa hidup saya berjalan begitu pahit akhir akhir ini?" Kado perih yang menjadi pelajaran berat saat ulang tahun. Sampai kapankah keluguan dan perasaan mudah percaya ini dimanfaatkan oleh orang lain?

Belum hilang perih itu, akhirnya dia mendapat ujian lagi dalam hal keprofesionalitasannya. Sampai sampai Klara harus menceritakan sebuah kronologis waktu jaga yang ceritanya sudah diganti alias Klara difitnah hingga nampak bersalah.

"Tuhan mengapa ujian ini tidak selesai selesai?"
"Mengapa Engkau izinkan hal hal buruk ini terjadi beruntun?"
"Apa pelajaran yang sedang akan aku dapatkan?"
Satu yang Klara pikirkan, dia tidak boleh merasa trauma dengan berusaha memaafkan semua hal yang terjadi. Berusaha membesarkan kapasitas hati! Berusaha melihat bahwa kebaikan Allah masih jauh lebih besar dibanding semua masalah ini. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hati ini terasa lelah. Daya sudah tak ada. Bahkan untuk bangkit itu terasa susah. Takut takut akan mengalami hal hal buruk lagi, bagaimana jika tetap terkapar saja?

Tapi mungkin pengalaman ini mengajarkan, sebagai manusia Klara harus belajar mengandalkan kekuatan Tuhan. Klara harus dinolkan supaya mengerti dia tidak punya kekuatan cukup untuk tetap kuat setiap harinya. Sampai akhirnya Klara bisa berkata "jika hidup ini berlangsung semua memang hanya karena Dia!"

Akhirnya, Klara berkata dalam hati kecilnya, "kamu tidak sendiri, mari kita hidup tidak dengan anggapan kita kuat, karena kita harus mengandalkan kekuatan dari Tuhan selamanya."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup di Dunia Transaksional

Penghiburan part 1

Keguguran