Thalasemia Part 1

Kadang aku nangis, karena inget punya sakit ini. Apalagi pas kumat, dan darah yg ditelen. Tidak tahu bagaimana, tapi otomatis ga cuma darah yg mengalir, tapi jg air mata. Ditambah kalau tulang belakang sakit semua, aku tau it pertanda sel darah merahku butuh banyak dibuat. Alias banyak yg rusak. Somehow ga semua orang bisa mengerti ini. Hal ini membuatku enggan bercerita dan kurasakan sendiri. Aku bersyukur karena bukan keganasan, walau memang tidak bisa sembuh. Aku bersyukur di tengah air mata, ada kekuatan yang tidak tahu dari mana kurasakan. 

Perjalanan ini dimulai saat semester empat. Tita, dengan riwayat suka lemes, gampang capek, sering di 'underestimate' karena banyak alasan utk kabur. Hari itu, hari Kamis. Kami praktikum memeriksa tentang sel darah. Setiap mahasiswa belajar mengambil darah temannya. Aku belajar mengambil darah atau sampling, dan aku jg diambil darahnya. Jujur aku lupa siapa yang mengambil darahku. Yang pasti setelah berhasil sampling, kami belajar mengecat preparat darah hapus kami dan belajar menganalisisnya di bawah mikroskop. Saat kami melakukan analisis ini, dosen pembimbing kami, dr Wayan Suci Sp.PK datang. Beliau baik sekali dan sedang bahagia. Tapi moodnya berubah ketika melihat salah satu mikroskop kami. Dia kaget! Lalu sedikit berteriak, "Ini darah siapa?", "Siapa yang pakai mikroskop inj?" Kami bingung. Kami pkir kami buat salah. Lalu teman kami, Icha, mengangkat tangannya dan menjawab, "saya dok, dan it darahnya Tita." Kontan, dr Suci langsung memanggil saya. "Tita lihat sel yang saya tunjuk!", perintah beliau. Lalu saya lihat. Saya tidak tahu it sel apa. Karena baru kali itu saya melihatnya, sel yang kemudian tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Setelah it, dr Suci duduk lemas. Dia tidak berbicara sedikit pun.


Seminggu kemudian saat responsi, dr Suci dan 15 mahasiswa termasuk saya, membahas tentang sel asing yang kami belum tahu. Oh iya, dr Suci saat itu sedang mengambil disertasi tentang thalasemia. Di siang bolong it, dr Suci mengatakan dengan sedih di hadapan 15 mahasiswa, "itu adalah sel penanda thalasemia." Tentu yg lain kaget! Saya? Saya rasanya mau mati saja! Rasanya seperti ada petir menyambar di kepala! Saya hanya bisa terdiam. Malu! Ada 30 telinga mahasiswa saat itu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup di Dunia Transaksional

Penghiburan part 1

Keguguran