Thalasemia Part 2

Hari itu, saya langsung sms mb Lusi. Aku percaya dia tau betapa patah hati ini. Karena dia sndri didiagnosis MVP (mitral valve prolapse). Dia berusaha menghibur dua hari setelah itu. Tapi tetap tidak membuahkan hasil. Saya tetap menangis. Orang tua saya shock! Dan laki laki yg mendekati saya waktu itu mundur pelan pelan. So perfect! 

Sampai akhirnya, dengan segala air mata dan keputusasaan, malam itu saya berdoa. "Tuhan apa kehendakMu memberi saya ini?"
Indah kataNya. Ini bukan kesalahan atau dosa dari saya atau orang tua saya atau nenek buyut saya, tapi supaya kehendakNya nyata dalam hidup saya. 

Berangsur angsur saya mulai menatap hari esok kembali. Saya memberanikan diri menemui dr Suci kembali. Ternyata butuh dua bulan untuk melakukan ini.

Saya konsultasi dan kembali menangis. Di situ beliau menjelaskan tentang penyakit ini. Akan ada masa satu kali seumur hidup saya perlu transfusi. Tapi jika saya bisa menjaga kondisi tubuh, saya bisa tidak mengalaminya. Saya juga harus berhati hati saat hamil dan persalinan kelak. Untuk persalinan normal pasti kurang lebih keluar darah 500cc dan persalinan caesar 1000cc alias satu liter. Saya harus punya stock darah. 

Dan pasangan saya harus tau tentang ini. Dia tidak perlu cemas karena ini tidak menular. Tapi memang alangkah baiknya jika dia memeriksakan diri juga. Dengan harapan gen terbaik yang akan diwariskan. Yap, thalasemia bisa diturunkan. Dan tentu ini bukan bibit yang baik. Kalau calon mertuaku tau ttg thalasemia mgkn aku jg bakal ditolak. Haha.

Aku masih percaya mukjizat. Bukan utkku, karena ini tidak bisa sembuh. Aku percaya utk anak anakku kelak. Mreka tidak dapat gen ini. 

Hal ini membuatku menutup diri cukup lama utk laki laki. Saya tidak bisa berbohong. Tapi saya juga lelah mengalami banyak penolakan. Mereka yang mendekati saya, tapi ujung ujungnya mereka juga yang pergi. Saya tidak bisa berharap banyak. Karena memang seperti inilah. Saya percaya hanya laki laki yang takut akan Tuhan yg bisa menerima saya apa adanya. Sayangnya belum ada yang saya dapati begini. Saya akhirnya bersikap tidak jelas. Takut memberi harapan, padahal setengah mati merindu. Hahaha. I will never give my best. 

Sakit ini tidak mengerikan, tapi kalau kumat sangat melemaskan. Yah hidup tidak ada yang sempurna. Terkadang saya heran dengan orang orang yang sangat ambisius dengan sesuatu. Seakan akan mereka pantas memiliki semuanya. Padahal semakin ambisius, seringkali banyak yg terlewat. Yah, ak pernah seperti itu. Dan saya bersyukur bisa mengalami pelajaran berharga. Hidup ini tidak sempurna. Tidak semua yang terbaik bisa kita dapatkan. Tapi selama kita mau belajar dan mengasihi apa yang ada, kita dapat banyak dari yg sudah kita punya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup di Dunia Transaksional

Penghiburan part 1

Keguguran